Komplek Taman Meruya Ilir Blok G 7 No.16 Jakarta Barat (belakang IPEKA Internasional) Telepon:(+62)215844732 - 0818964475

SMS Info Cabang

Bila Anda sedang berada di luar kota dan ingin mengetahui lokasi cabang ATFG-8 terdekat, maka Anda bisa memperolehnya melalui SMS. Format pengetikkan sms adalah harus sebagai berikut: <INFO> <NAMA KOTA>

Ketik misalnya:
INFO SURABAYA

Khusus daerah DKI Jakarta
ketik misalnya:
INFO JAKARTA TIMUR
lalu kirim ke 
0857 2020 8844
nanti Anda akan mendapatkan balasan berupa alamat dan nomor telepon cabang ATFG-8

Khusus untuk daerah DKI Jakarta, pengetikan sms harus lebih lengkap, misalnya: INFO JAKARTA TIMUR. Hal ini dimaksudkan karena di DKI Jakarta ATFG-8 terdapat beberapa cabang.

Perlu diketahui bahwa sms info cabang ini dipergunakan hanya untuk melayani permintaan alamat dan nomor telepon saja dan bukan untuk berkonsultasi. Bila ingin bertanya mengenai hal lain bisa ditanyakan di nomer telepon yang diperoleh dari balasan sms yang diterima.

Di ATFG-8 Bandung pihak pengelola telah mempersiapkan sebuah PC untuk menjawab sms ini. SMS yang diketik dengan format seperti di atas akan mudah dijawab dengan mudah oleh sistem komputer yang telah terpasang di PC.  Namun hingga saat ini masih banyak pengirim sms yang keliru mengetikkan format sms. 

Atau masih ada juga yang mengetikkan nama propinsi, kecamatan atau bahkan nama desa. Oleh karena itu sms seperti ini harus dijawab secara manual dan sedikit memakan waktu, karena di setiap harinya terdapat sekitar ratusan sms yang harus dilayani.

Sejarah Atfg 8

ATFG-8 singkatan dari Alat Terapi Fisik Gondo seri 8, adalah alat kesehatan justru diciptakan oleh seorang yang tidak mempunyai latar belakang medis. Dalam bidang penemuan memang banyak sekali terjadi hal-hal yang di luar nalar. Sebagai contoh ; lampu listrik diciptakan oleh seorang penjual koran yang berpendidikan rendah. Hasil ciptaannya dapat dinikmati oleh hampir seluruh penduduk dunia.
KMT. GondohusodoGondo yang nama lengkapnya Sugondo, anak ke 3 dari 9 bersaudara adalah keluarga petani yang pas-pasan. Keadaan inilah yang mengakibatkan sekolahnya cukup hingga SLTA dan dilanjutkan atas biaya sendiri hingga tingkat 2 di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Lembaga Administrasi Negara di Bandung. Mulai bekerja di Departemen Sosial Bandung tahun 1966, dalam perjalanan kariernya sempat diangkat menjadi Kepala Seksi Diklat Profesi Pekerjaan Sosial di Lembang Bandung, dan sebelum pensiun tahun 2000, menjabat sebagai widyaiswara.

Saat menjadi Kepala Seksi Diklat mulai terungkap bahwa tangannya mampu menyembuhkan penyakit. Awal mulanya ada peserta latihan yang 4 hari tidak masuk kelas padahal obat dari dokter sudah habis sehingga Pak Gondo datang ke kamarnya. Ternyata peserta ini mengidap penyakit darah tinggi, susah tidur, kolesterol, asam urat, badan panas dingin dan pusing. Secara reflek tangan Pak Gondo memegang jari kaki sembari di"plintir-plintir". Ternyata reaksi badan yang semula panas dingin langsung berkeringat, dan rasa pusingpun hilang. Dari kejadian inilah akhirnya Pak Gondo balik ditanya macam-macam mengenai asal keahlian yang dimilikinya. Dari pembicaraan ini diduga ada faktor bakat keturunan dari neneknya. Neneknya dulu selain sebagai dukun bayi, juga banyak diminta tolong untuk menyembuhkan berbagai penyakit dengan cara pijat, urut, jampi-jampi, sembur, dll. Akhirnya Pak Gondo disarankan untuk mengamalkan kemampuannya ini.

Dari hari ke hari pasien yang datang ke rumah Pak Gondo semakin banyak. Akibatnya tangan Pak Gondo merasa kecapaian, hingga timbul ide untuk membuat alat bantu terapi. Dari seri ke-1 hingga ke 7, alat ini semakin disempurnakan. Kemudian ada seorang pasien yang bercerita bahwa dia pernah diterapi menggunakan batu dari Arab, sebelum diterapikan batu ini direbus dahulu setelah itu dibungkus kain dan digunakan sebagai alat terapi. Dari cerita ini P. Gondo yakin bahwa rasa hangat dapat digunakan sebagai proses penyembuhan penyakit.

Pak Gondo pernah selama 6 tahun di bawah bimbingan Dep. Perindustrian membuat beberapa alat-alat listrik dan elektronik sehingga punya sedikit pengetahuan cara-cara pembuatannya. Akhirnya terciptalah alat kesehatan seri ke-8, dibuat dari pipa stainless steel dengan panjang 45 cm. Dari bagian panjang ini ditambah pipa sepanjang 17 cm (ada angka 17-8-45) yang diisi elemen listrik yang dibantu alat pengatur tegangan dapat menghasilkan hangat.

Cara terapi dengan alat ini mulai dari kaki hingga kepala dengan cara hangat, tekan, gelinding, gitek dan tusuk, serta cukup dibantu dengan minum air putih yang banyak dan makan pepaya mengkal. Menurut bagian Fisioterapi Kanwil Departemen Kesehatan Jawa Barat, terapi seperti ini mengandung unsur fisioterapi, refleksi, dan akupuntur. Metoda ini dinilai sebagai terapi darah dan sembilan jaringan tubuh (pembuluh darah, otot, syaraf, kelenjar endokrin, kelenjar getah bening, jaringan ikat, jaringan lemak, jaringan organ dalam dan kerangka tubuh) dan kemudian diberi nama ATFG-8 (Alat Terapi Fisik Gondo Seri 8).

Meskipun tanpa obat, jamu, suntik, operasi dan bukan magic, terbukti daya sembuhnya luar biasa. ATFG-8 mampu menyembuhkan hampir semua jenis penyakit mulai dari insomnia, migrain, vertigo, epilepsi, stroke, telinga mendengung, tbc kelenjar, asma, jantung koroner, maag, diabetes, rematik, asam urat, talasemia, leukemia, sakit pinggang, dan gangguan alat-alat reproduksi seperti impoten, frigid, keputihan, tumor kandungan, kista kandungan, myum, haid tidak teratur, sakit sewaktu haid, pendarahan, sulit punya anak, dll. Terapi ini juga baik untuk masa pertumbuhan anak, meningkatkan kecerdasan, dan juga diperkirakan sangat baik untuk para olahragawan.

Atas prestasinya, dengan biaya dari WHO, Pak Gondo telah diajak diskusi formal dengan para pakar medis di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, dan dihadiri oleh semua bagian rumah sakit, Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran, Universitas Maranatha, Universitas Jendral Achmad Yani, Farmasi ITB, Kanwil DepKes Prop. Jawa Barat, serta pengurus Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP-3T) dengan tanggapan sangat memuaskan. Sejak saat inilah sudah ada dokter yang merekomendasikan pasiennya yang sulit sembuh secara medis untuk diterapi dengan ATFG-8, bahkan tidak sedikit dari kalangan medis menjadi pasien ATFG-8.

Berbagai penghargaan telah diterima P. Gondo dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat termasuk dari Sri Sultan Hamengkubuwono X. Gelar dari Sultan Yogyakarta ini berupa pemberian gelar Kanjeng Mas Tumenggung Gondohusodo pada tanggal 26 Juni 2006.

Home

Metoda yang diterapkan bagi para pasien adalah dengan cara dihangatkan, digelinding, digitek dan ditusuk selama satu jam di setiap kunjungan di klinik ATFG-8. Perlakuan tadi mampu memberikan manfaat akupresure, fisioterapi dan refleksi. Di beberapa bagian tubuh seperti kepala, tangan dan kaki ditambah perlakuan pijatan dengan tangan kosong seperti halnya pijat tradisional. Setelah menjalani terapi di klinik, pasien diharuskan mengkonsumsi pepaya mengkal (setengah matang) dan minum air bening yang banyak.

ATFG-8 memberikan jasa layanan terapi bagi masyarakat yang membutuhkan dan tidak dengan menjual alat terapi. Untuk memenuhi jumlah permintaan yang kian bertambah, Pak Sugondo telah melatih banyak asisten terapi dan mengembangkan cabang layanan ATFG-8 di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia. Pada awal pengembangan layanan terapi, pak Sugondo ikut memberikan layanan terapi bagi para pasien. Namun semenjak kegiatan promosi ATFG-8 terus bertambah, pak Sugondo mempercayakan sepenuhnya layanan terapi kepada para asisten terapi. Apabila pasien meminta layanan langsung oleh pencipta ATFG-8 ini, maka dengan sangat menyesal beliau harus menolaknya.

Seiring dengan perjalanan waktu alat ini telah berhasil membantu banyak pasien mengatasi masalah kesehatannya dari berbagai kalangan baik tua mapun muda, baik kaya maupun tingkat menengah ke bawah. Metoda dan tarif terapi yang tidak memberatkan pasien membuat ATFG-8 menjadi pilihan banyak orang.

Pasien yang ingin mendapatkan kesembuhan melalui layanan terapi ini, diharuskan memesan tempat dan waktu melalui telepon dan datang ke klinik ATFG-8 terdekat serta menjalani terapi hingga empat kali dengan frekuensi 4 hari sekali hingga 7 hari sekali. Setelah terapi yang ke-4 perkembangan kesehatan pasien dievaluasi oleh asisten terapi.